Market Review, Kamis 7 September 2023
Author : Rifan Financindo Berjangka in Berita
Nikkei
Saham Tokyo jatuh pada hari Kamis (7/9) menyusul kerugian di Wall Street dan aksi ambil untung setelah kenaikan baru-baru ini.
Indeks acuan Nikkei 225 kehilangan 0,75 persen, atau 249,94 poin, menjadi 32.991,08, sedangkan indeks Topix yang lebih luas turun 0,38 persen, atau 9,15 poin, menjadi 2.383,38.
Hang Seng
Saham Hong Kong jatuh pada hari Kamis (7/9) sejalan dengan pasar global setelah data AS yang lebih tinggi dari perkiraan menambah kekhawatiran Federal Reserve harus mendorong suku bunga lebih tinggi lagi untuk melawan inflasi.
Indeks Hang Seng merosot 1,34 persen atau 247,91 poin menjadi 18.202,07.
Indeks Shanghai Composite kehilangan 1,13 persen atau 35,72 poin menjadi 3.122,35, sedangkan Indeks Shenzhen Composite di bursa kedua Tiongkok turun 1,76 persen atau 34,73 poin menjadi 1.936,86.
Emas
Emas berjangka turun pada hari Kamis (7/9) dan mencatat kerugian sesi ketiga secara beruntun.
Sementara Fawad Razaqzada, yang merupakan analis pasar di City Index dan FOREX. Com mengatakan "peristiwa besar berikutnya untuk emas, dan tentu saja dolar, adalah data CPI AS pekan depan, yang dapat mempengaruhi keputusan The Fed apakah akan menaikkan suku bunga lebih lanjut atau tidak". Berkat ketahanan ekonomi AS, pasar memperkirakan suku bunga akan tetap pada tingkat saat ini lebih lama dari perkiraan sebelumnya, katanya. "Inilah yang membantu menjaga dolar tetap terdukung dan emas melemah."
Emas untuk pengiriman Desember turun $1,70, atau sekitar 0,1%, yang menetap di $1,942.50 per ons di Comex.
Minyak
Minyak mentah berjangka AS berakhir 0,8% lebih rendah berada pada level $86,87 per barel, yang mengakhiri kenaikan beruntun sembilan sesi WTI yang menyamai kenaikan beruntun terpanjang dalam 13 tahun.
Penurunan harga yang moderat hari ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung (profit-taking) karena investor memutuskan pasar telah mencapai wilayah jenuh beli (overbought). Harga telah meningkat dalam delapan dari 10 pekan terakhir dan 25% lebih tinggi sejak awal Juli.
Sementara pengurangan produksi berkelanjutan yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Rusia tidak hanya menutupi lemahnya permintaan di negara-negara seperti AS dan Jerman, yang keduanya mengalami kontraksi signifikan pada sektor manufaktur yang padat energi. Minyak mentah Brent juga turun menjadi sekitar $90, mengakhiri kenaikan beruntun tujuh sesinya.